ETNOGRAFI
TENTANG KEBUDAYAAN TARAWANGSA
BERDASARKAN
7 UNSUR KEBUDAYAAN
Disusun
Dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
ANTROPOLOGI
Dosen
: Dr. Tatang Abdulah S.Sn ,
M.Hum.
Kelompok 1
1. Oktiviani Sundari 20141510073
2. Nurul Aulia H. 20151510011
3. Dini Legiyawati 20151510020
4. Elfira Kemalasari 20151510046
5. Brilian Tito Pratama 20151510049
PROGRAM
STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS
SOSIAL DAN SASTRA
UNIVERSITAS
KEBANGSAAN
BANDUNG
Tahun
2015/2016
Kata Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga laporan hasil penelitian Antropologi Tentang “Kebudayaan Tarawangsa”
dapat kami susun dengan baik. Kami juga mngucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.Tatang Abdulah S.Sn , M.Hum
selaku dosen pembimbing atas dukungan moral dan materi dalam menyusun laporan
ini. Susunan laporan penelitian ini
ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Sastra Universitas Kebangsaan. Diharapkan
dengan penyusunan laporan ini, pemahaman kami tentang kebudayaan-kebudayaan di
Indonesia beserta kajiannya dapat semakin dalam.
Apabila
dalam penulisan laporan ini terdapat kesalahan kami mohon maaf, dan kami
berharap kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi terwujudnya
laporan hasil penelitian agar lebih baik lagi.
Bandung,
18 Januari
2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR
ISI....................................................................................................... ii
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................ 1
1.2 Tujuan............................................................................................. 1
1.3 Rumusan
Masalah........................................................................... 1
BAB. II
Tarawangsa............................................................................................. 2
2.1 Kebudayaan
Tarawangsa................................................................ 2
2.2 Klasifikasi Tarawangsa………………………………………..…. 2
2.3 Seni Tarawangsa Berdasarkan Unsur Kebudayaan...…………….
3
2.4 Dokumentasi …………………………………………………….. 5
2.4 Dokumentasi …………………………………………………….. 5
BAB. IV PENUTUP
4. 1 Kesimpulan……………………………………………………… 6
4.2 Saran
............................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 7
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara
kepulauan terbesar di dunia.
Dengan banyaknya pulau tersebut,
Indonesia memiliki keanekaragaman
budaya yang sangat banyak sekali. Perkembangan budaya Indonesia telah dimulai
sejak nenek moyang kita terdahulu. Beberapa tahun belakangan ini, kebudayaan di Indonesia berada
dalam masa yang mengecewakan,
dimana banyak budaya kita yang lepas dari genggaman kita. Namun, masih ada
daerah daerah di Indonesia yang tetap menjaga kebudayaan dari nenek moyang
tersebut, salah satunya adalah kebudayaan di daerah Sumedang yakni kesenian
Tarawangsa. Kami telah mencoba melakukan survei secara langsung dan melakukan
wawancara terhadap beberapa sesepuh daerah tersebut.
1.2 Tujuan
1.
Agar
menyadarkan kita betapa beragamnya budaya Indonesia
2.
Agar
kita tetap menjaga kebudayaan kita yang unik ini
3.
Mengetahui
unsur-unsur budaya yang terkandung dalam seni Tarawangsa
1.3
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud Tarawangsa?
2.
Apa
fungsi atau tujuan dari kegiatan Tari Tarawangsa
3.
Bagaimana
Tarawangsa itu berdasarkan unsur-unsur
kebudayaan
BAB II
Tarawangsa
2.1 Kebudayaan Tarawangsa
Tarawangsa adalah seni kebudayaan tradisional khas
daerah rancakalong cijere Kabupaten
Sumedang.
kesenian Tarawangsa terjaga turun temurun di Dusun Cijere Desa 9 Nagarawangi. Istilah “Tarawangsa” sendiri memiliki dua pengertian alat musik gesek yang memiliki
dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda. Alat music yang di pakai yakni Kecapi(jentreng) dan Rebab(tarawangsa).
Pada mula sejarahnya, nama tarawangsa itu merupakan jenis alat music menyerupai
rebab, namun penyebaran islam dari Arab dan India yang membawanya hingga ke
tanah sunda.
Kesenian Tarawangsa hanya dapat
ditemukan di beberapa daerah tertentu di Jawa Barat, yaitu di daerah
Rancakalong (Sumedang),
Cibalong, Cipatujah (Tasikmalaya
Selatan), Banjaran (Bandung), dan Kanekes (Banten
Selatan). Dalam kesenian Tarawangsa di daerah Cibalong dan Cipatujah, selain
digunakan dua jenis alat yakni kecapi dan rebab, juga
dilengkapi dengan dua perangkat calung rantay, suling, juga nyanyian. Alat musik pokok kesenian tarawangsa
terdiri dari tarawangsa dan jentreng.
2.2 Klasifikasi Tarawangsa
Menurut sistem klasifikasi Curt Sachs dan
Hornbostel, Tarawangsa diklasifikasikan sebagai Chordophone, sub klasifikasi
neck-lute, dan Jentreng diklasifikasikan juga sebagai Chordophone, sub
klasifikasi zither. Sedangkan menurut cara memainkannya, tarawangsa
diklasifikasikan sebagai alat gesek dan jentreng diklasifikasi sebagai alat
petik. Alat musik tarawangsa terbuat dari kayu kenanga, jengkol, dadap, dan kemiri. Dalam ensambel,
tarawangsa berfungsi sebagai pembawa melodi (memainkan lagu), sedangkan
jentreng berfungsi sebagai pengiring (mengiringi lagu).
Pemain tarawangsa hanya terdiri dari dua orang, yaitu
satu orang pemain tarawangsa dan satu orang pemain jentreng. Semua Pemain
Tarawangsa terdiri dari laki-laki, dengan usia rata-rata 50 – 60 tahunan.
Mereka semuanya adalah petani, dan biasanya disajikan berkaitan dengan upacara
padi, misalnya dalam ngalaksa, yang berfungsi sebagai
ungkapan
rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah. Dalam pertunjukannya
ini biasanya melibatkan para penari yang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
Mereka menari secara teratur. Mula-mula Saehu/Saman (laki-laki), disusul para
penari perempuan. Mereka bertugas ngalungsurkeun (menurunkan) Dewi Sri dan para
leluhur. Kemudian hadirin yang ada di sekitar tempat pertunjukan juga ikut
menari. Tarian tarawangsa tidak terikat oleh aturan-aturan pokok, kecuali gerakan-gerakan
khusus yang dilakukan Saehu dan penari perempuan yang merupakan simbol
penghormatan bagi dewi padi. Menari dalam kesenian Tarawangsa bukan hanya
merupakan gerak fisik semata-mata, melainkan sangat berkaitan dengan hal-hal
metafisik sesuai dengan kepercayaan si penari. Oleh karena itu tidak heran
apabila para penari sering mengalami trance (tidak sadarkan diri).
2.3 Seni Tarawangsa Berdasarkan Unsur Kebudayaan
·
Bahasa
Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam daerah
tersebut adalah bahasa Sunda, begitu juga dengan bahasa pada saat acara
Tarawangsa.
·
Sistem Pengetahuan
Sistem pengetahuannya turun
temurun dari
nenek moyang dan masih dipertahankan dan diterapkan hingga sekarang. Untuk
sistem pengetahuan saat ini sudah mulai modern, adanya pendidikan selayaknya
warga seluruh Indonesia sudah dirasakan disana.
·
Organisasi Sosial
Kekompakan
dalam daerah tersebut masih terjalin, bahkan saat diadakannya acara tersebut karna ada
dorongan dalam diri masing-masing, mereka dengan suka cita datang dan ikut meramaikan
acara tersebut. Terdapat organisasi
pemain musik, serta
ibu-ibu yang ikut membantu acara dan ada juga sesepuh-sesepuh yang memimpin
acara. Pada saat ada undangan acara Tarawangsa di tempat lain, orang-orang
itulah yang mengelola acara tersebut dengan di pasrahkannya acara dari tuan
rumah/pemilik hajat
Organisasi di daerah tersebut juga sama
seperti desa-desa lainnya yakni adanya kepala desa/lurah, rt, rw dan warganya sebagai
anggota dalam organisasi.
·
Sistem Peralatan Hidup Dan Teknologi
Sistem peralatan hidup
daerah Rancakalong sudah mengenal teknologi modern dan sudah menggunakan
peralatan selayaknya desa-desa yang sudah maju. Bahkan teknologi yang digunakan
dalam acara tersebut juga menggunakan teknologi pengeras suara (modern).
Rumah-rumah di daerah itu juga sudah ada yang modern, bahkan jarang
ditemukan rumah-rumah model lama(jaman dulu).
·
Sistem Mata Pencaharian Hidup
Di
daerah ini mata pencaharian warganya adalah bercocok tanam atau petani,
sebagian besar bertanam padi dan ada juga yang memelihara ikan dikolam dan
karet.
·
Sistem Religi
Pada zaman
dahulu di daerah tersebut menganut kepercayaan sunda wiwitan namun seiring
berkembangnya waktu dan berkembang pesatnya agama islam, daerah tersebut banyak
menganut agama islam, bahkan mayoritas agamanya islam.
·
Kesenian
Kesenian
yang di terapkan pada acara tarawangsa adalah tari-tarian yang terdiri dari
beberapa wanita dan beberapa laki-laki. Namun, pada saat menari tidak secara
bersamaan. Maksudnya dibagi menjadi dua kelompok, yakni jam 20.00 – 00.00 untuk
kaum wanita dan 00.00-3.00 untuk kaum laki-laki. Seni yang menarik pada saat
berlangsungnya acara adalah dimana penari-penari tersebut tidak sadar atau
“kerasukan”. Yang konon katanya, roh yang masuk dalam tubuh penari tersebut
adalah roh dewi sri (dewi padi). Penari dengan luwes melenggak lenggokkan
badannya seakan pandai menari padahal notabennya bukan penari atau tidak bisa
menari.Seni lain yang dapat kita ambil adalah sesaji yang dihidangkan untuk roh
dewi sri berupa nasi liwet, bunga, jajanan atau makanan ringan dan lain-lain
layaknya makanan untuk manusia. keunikan sudah mulai langka di Indonesia.
Selanjutnya ada juga
sepasang boneka yang berbentuk pngantin pria dan wanita yang di keluarkan dari
goa (nama untuk penyimpanan) pada saat puncak acara.
Alat yang digunakan dalam
kesenian tersebut adalah rebab dan kecapi
2.4
Dokumentasi
( Penari Ibu ibu ) ( Proses Penyiapan Sesajen )
( Terjadinya Kesurupan pada
saat menari )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tarawangsa
sendiri adalah nama alat music. Kesenian tarawangsa adalah kesenian khas jawa
barat tepatnya daerah rancakalong kabupaten sumedang yang dibuat dalam rangka
syukuran atas hasil panen yang di persembahkan untuk dewi sri atau dewi padi yang
pada kegiatannya tarawangsa merupakan tari tarian yang diiringi oleh dua alat
music. Pada dasarnya daerah rancakalong tersebut memang sudah dipengaruhi oleh
budaya modern dan campuran dari kebudayaan daerah lain, namun tarawangsa masih
tetap dilakukan dan dijaga oleh warga daerah tersebut.
Hal
tersebut menjadi keunikan dan cirikhas sumedang tepatnya desa rancakalong. Dan
menjadi suatu kebangaan bagi kita. Masih ada dan kokoh terjaga.
3.2 Saran
Hal-hal yang unik dalam
kegiatan tarawangsa perlu dilestarikan dan terus dijaga, jika bukan kita yang
menjaga siapa lagi, bahkan banyak bangsa lain yang ingin mengklaim
budaya-budaya asli Indonesia, kenapa kita sebagai bangsa inidonesia tidak
bangga dan mau menjaganya?. Bukan hanya tarawangsa, banyak budaya-budaya unik
yang perlu dilestarikan, kita jaga dan pertahankan, serta perlu perhatian dan
dukungan dari pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Nah Itu dia contoh etnografi tentang kebudayaan tarawangsa
semoga bermanfaat bagi teman teman semua :)
semoga bermanfaat bagi teman teman semua :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar